Kamis, 15 Agustus 2013

KONDISI GEOLOGI DAN POTENSI MINYAK BUMI DAN GAS PADA CEKUNGAN BONE

KONDISI GEOLOGI DAN POTENSI MINYAK BUMI DAN GAS PADA CEKUNGAN BONE

BOBBY ARMANDA SITUMORANG
21100110141004
JURUSAN TEKNIK GEOLOGI UNIVERSTIAS DIPONEGORO, SEMARANG

ABSTRAK
Indonesia merupakan salah satu negara di dunia yang mempunyai suatu keunikan. Indonesia terletak di daerah yang strategis dari segi Geologinya. Indonesia terletak di pertemuan lempeng besar diantaranya lempeng Eurasia, Pasifik, Australia dan lempeng kecil seperti Lempeng Filipina. Dari pertempuan lempeng tersebut di Indonesia mempunya banyak cekungan cekungan yang sangat berpotensi sebagai tempat tersimpannya hidrokarbon. Jadi dari hal itu, Indonesia kaya akan sumber daya alamnya. Sudah banyak cekungan diIndonesia yang do eksplorasi dan dieksploitasi untuk diambil sumberdaya alamnya berupa Minyak bumi, gas bumi, batubara dan yang lainnya. Cekungan di daerah Sulawesi menyimpan banyak kandungan alamnya. Hal ini diakibatkan dari pembentukan Pulau Sulawesi yang berupakan hasil dari tumbukan antar lempeng. Diantaranyanya adalah cekungan Bone yang terletak di Sulawesi bagian selatan. Cekungan bone terletak di Teluk Bone. Ada tiga peristiwa tektonik yang berperan pada perkembangan Cekungan Bone dan proses sedimentasinya yaitu peristiwa pertama, peristiwa kedua, dan peristiwa ketiga. Sedangkan system petroleum yang berkembang pada cekungan ini yang melingkupi proses pembentukan material hidrokarbon terdiri atas lima komponen yaitu source rock (batuan induk), reservoir, migrasi, trap (jebakan), dan seal (batuan penudung). Eksplorasi hidrokarbon di Teluk Bone bagian utara sudah mulai dilakukan pada tahun 1971. Eksplorasi daerah tersebut dilakukan karena di perkirakan daerah ini berpotensi mengandung hidrokarbon. Beberapa petunjuk adanya hidrokarbon diantaranya adanya rembesan gas di Sengkang, Desa Pongko dan Malangke. Pengambilan data seismik dan kegiatan pemboran ekspolrasi telah dilakukan di daerah tersebut
Kata kunci : Hidrokarbon, Cekungan Bone, Eksplorasi, Eksploitasi, Lempeng




PENDAHULUAN
Latar Belakang

Perairan Teluk Bone Secara administratif terletak di Propinsi Sulawesi Selatan (di sebelah barat dan utara) dan Propinsi Sulawesi Tenggara (di sebelah timur). Wilayah Administratif dari Propinsi Sulawesi Selatan yang berbatasan perairan Teluk Bone adalah Kabupaten Bulukumba, Kab. Sinjai, Kab. Bone, Kab. Wajo, Kab. Luwuk, Kodya Polopo, Kab. Luwuk Utara, Kab. Luwuk Timur. Sedangkan wilayah administratif di Propinsi Sulawesi Tenggara yang berbatasan dengan perairan Teluk Bone adalah Kabupaten Bombana dan Kab. Kolaka. Laut Flores adalah batas sebelah selatan dari perairan Teluk Bone. Pulau Sulawesi terletak di tepi bagian timur daratan Sunda (Sundaland) yang merupakan inti benua yang mantap dari lempeng Eurasia bagian tenggara (Hutchsin, 1989 dalam Soemandjuntak, 2004:26). Pulau ini terbentuk disepanjang lajur tumbukan antara lempeng Eurasia di barat, lempeng pasifik di timur dan kepingan benua mini yang berasal dari lempang Indo-Australia (Hamlthon, 1979 dalam Simandjuntak, 2004:26). Sulawesi adalah Salah satu mosaic kepingan benua dalam proses amalgamasi dan akrasi di pinggir timur benua Asia, keempat lengan utara Sulawesi membentuk mandala megatektonik yang berbeda
Teluk Bone dicirikan sebagai tempat bermuaranya Sungai Cenrana. Secara geografis Sungai Cenrana menjadi muara dari sejumlah sungai besar dan kecil di Sulawesi Selatan. Dimana air dari Sungai Cenrana ini kemudian mengalir ke Teluk Bone. Cekungan Bone merupakan Cekungan tulang terletak antara busur vulkanik barat daya dan kompleks tabrakan tenggara wilayah Sulawesi Selatan. Basin ini jelas berbingkai besar oleh kesalahan NS marjinal berorientasi, paralel subporosnya. Margin barat daya cekungan dibatasi oleh NS berorientasi Walanae dan Bone West BaySistem Fault, sementara margin timur laut cekungan berbatasan dengan Sistem Sesar Tulang Timur.
Pada paper ini akan membahas mengenai ekspolorasi hidrikarbin dengan menggunakan berbagai metode metode.

TINJAUAN PUSTAKA
Konsep escape tectonics (extrusion tectonics) yang dikemukakan oleh Molnar dan Tapponnier (1975), Tapponnier dkk. (1982), dan Burke dan Sengör (1986) dicoba diterapkan di Indonesia (Satyana, 2006). Escape tectonics adalah konsep tektonik yang membicarakan terjadinya gerak lateral suatu blok geologi menjauhi suatu wilayah benturan di benua dan bergerak menuju wilayah bebas di samudra. Karena itu, peneyebutan konsep tektonik ini lebih sesuai bila disebut : post-collisional tectonic escape (gerak lateral menjauh pascabenturan).  Eksplorasi hidrokarbon di wilayah Indonesia membantu menunjukkan bukti-bukti bahwa telah  terjadi escape tectonics di Indonesia. Secara singkat bisa dikatakan, zone benturan dicirikan oleh jalur sesar-lipatan yang ketat, sementara hasil escape tectonics dicirikan oleh sesar-sesar mendatar regional, sesar-sesar normal, dan retakan-retakan atau pemekaran kerak Bumi. Awang Harun Satyana mengidentifikasi lima peristiwa benturan di Indonesia yang membentuk atau mempengaruhi sejarah tektonik Indonesia sepanjang Kenozoikum.

METODOLOGI
Dalam penulisan paper ini digunakan dua metode yaitu :
1.      Studi literatur, yaitu mempelajari referensi tentang seputaran topik bahasan yang kemudian telah dipersempit menjadi judul yang terdapat pada artikel, jurnal, serta buku-buku yang memuat seputaran topik bahasan.
2.      Studi media elektronik, yaitu mengambil data-data maupun referensi tentang seputaran topik bahasan yang terdapat pada media internet.


PEMBAHASAN
Berdasarkan keadaan litotektonik atau tektonikstratigrafi,Pulau Sulawesi dibagi 4 yaitu:
1. Mandala barat(West &North Sulawesi Volcano- Plutonic Arc) sebagai jalur magmatik (Cenozoic Volcanics and Plutonic Rocks)yang  merupakan bagian  ujung timur Paparan Sunda;
2. Mandala tengah (CentralSulawesi Metamorphic Belt)
berupa batuan malihan yang ditumpangi batuan bancuh sebagai bagian dari blok Australia;
3. Mandala timur (East Sulawesi Ophiolite Belt) berupa ofiolit yang merupakan segmen dari kerak samudera berimbrikasi dan batuan sedimen berumur Trias-Miosen
4. Banggai–Sula and Tukang Besi Continental fragments kepulauan paling timur Banggai-Sula dan Buton merupakan pecahan benua yang berpindah ke arah barat karena strike slip faults dari- New Guinea.
Cekungan Bone ini merupakan salah satu cekungan penghasil hidrokarbon di Indonesia. Lataknya di daerah Sulawesi bagian selatan. Benturan pertama adalah benturan India ke Eurasia yang terjadi mulai 50 atau 45 Ma (Eosen awal-tengah). Benturan ini telah menghasilkan Jalur Lipatan dan Sesar Pegunungan Himalaya yang juga merupakan suture Indus. Benturan ini segera diikuti oleh gerakan lateral Daratan Sunda (Sundaland) ke arah tenggara, sebagai wujud escape tectonics, diakomodasi dan dimanifestasikan oleh sesar-sesar mendatar besar di wilayah Indocina dan Daratan Sunda, pembukaan Laut Cina Selatan, pembentukan cekungan-cekungan sedimen di Malaya, Indocina, dan Sumatra, dan saat ini oleh pembukaan Laut Andaman. Sesar-sesar ini terbentuk di atas dan menggiatkan kembali garis-garis suture akresi batuandasar berumur Mesozoikum di Daratan Sunda. Sesar-sesar besar hasil escape tectonics ini adalah: Sesar Red River-Sabah, Sesar Tonle-Sap-Mekong (Mae Ping),  Sesar Three Pagoda-Malaya-Natuna-Lupar-Adang, dan Sesar Sumatra.
Eksplorasi hidrokarbon di Teluk Bone bagian utara sudah mulai dilakukan pada tahun 1971. Eksplorasi daerah tersebut dilakukan karena di perkirakan daerah ini berpotensi mengandung hidrokarbon. Beberapa petunjuk adanya hidrokarbon diantaranya adanya rembesan gas di Sengkang, Desa Pongko dan Malangke. Pengambilan data seismik dan kegiatan pemboran ekspolrasi telah dilakukan di daerah tersebut. Rekaman seismik daerah tersebut kurang sempurna. Interpretasi seismik daerah tersebut menunjukan ketebalan batuan sedimen Tertier di sumur BBA 1x adalah 1600 meter. Pemboran yang dilakukan berhenti pada batuan berumur Miosen tengah, pada kedalaman 10500 feet, dan dihasilkan dry hole.
Korelasi stratigrafi regional menunjukkan bahwa pemboran belum mencapai batuan sedimen berumur Eosen yang di duga terdapat di daerah tersebut, dimana batuan tersebut dapat berfungsi sebagai batuan sumber dan reservoir hidrokarbon.
Evaluasi data gravity menunjukan bahwa ketebalan sedimen Tertier mencapai ketebalan lebih dari 1600 meter. Dengan harapan untuk menemukan hidrocarbon di daerah tersebut disarankan perlu dilakukan evaluasi ulang terutama pemrosesan data seismik di daerah tersebut.


KESIMPULAN
Ada tiga peristiwa tektonik yang berperan pada perkembangan Cekungan Bone dan proses sedimentasinya yaitu peristiwa pertama, peristiwa kedua, dan peristiwa ketiga.  Eksplorasi daerah tersebut dilakukan karena di perkirakan daerah ini berpotensi mengandung hidrokarbon .
Sedangkan system petroleum yang berkembang pada cekungan ini yang melingkupi proses pembentukan material hidrokarbon terdiri atas lima komponen yaitu source rock (batuan induk), reservoir, migrasi, trap (jebakan), dan seal (batuan penudung). Eksplorasi hidrokarbon di Teluk Bone bagian utara sudah mulai dilakukan pada tahun 1971. Eksplorasi daerah tersebut dilakukan karena di perkirakan daerah ini berpotensi mengandung hidrokarbon. Beberapa petunjuk adanya hidrokarbon diantaranya adanya rembesan gas di Sengkang, Desa Pongko dan Malangke. Pengambilan data seismik dan kegiatan pemboran ekspolrasi telah dilakukan di daerah tersebut

REFERENSI
Daly M.C., Cooper, M.A., Wilson J.,Smith, D.G., Hooper,B.G.D., 1991, Cenezoic Plate Tectonics and Basin Evalution in Indonesia; Marine and Petroleum Geology
Katili, J. A., 1975, Volcanism and Plate Tectonics in the Indonesian Island, Tectonophysics, 26,p. 165-
http://id.scribd.com/doc/142205498/Cekungan-Di-Indonesia188 (Diakses tanggal 2 juli 2014 pukul 19.00)