KONDISI GEOLOGI DAN POTENSI MINYAK BUMI DAN GAS
PADA CEKUNGAN BONE
BOBBY
ARMANDA SITUMORANG
21100110141004
Email : bobbygeologiundip@yahoo.co.id
JURUSAN TEKNIK GEOLOGI UNIVERSTIAS DIPONEGORO,
SEMARANG
ABSTRAK
Indonesia
merupakan salah satu negara di dunia yang mempunyai suatu keunikan. Indonesia
terletak di daerah yang strategis dari segi Geologinya. Indonesia terletak di
pertemuan lempeng besar diantaranya lempeng Eurasia, Pasifik, Australia dan
lempeng kecil seperti Lempeng Filipina. Dari pertempuan lempeng tersebut di
Indonesia mempunya banyak cekungan cekungan yang sangat berpotensi sebagai
tempat tersimpannya hidrokarbon. Jadi dari hal itu, Indonesia kaya akan sumber
daya alamnya. Sudah banyak cekungan diIndonesia yang do eksplorasi dan
dieksploitasi untuk diambil sumberdaya alamnya berupa Minyak bumi, gas bumi,
batubara dan yang lainnya. Cekungan di daerah Sulawesi menyimpan banyak
kandungan alamnya. Hal ini diakibatkan dari pembentukan Pulau Sulawesi yang
berupakan hasil dari tumbukan antar lempeng. Diantaranyanya adalah cekungan
Bone yang terletak di Sulawesi bagian selatan. Cekungan bone terletak di Teluk
Bone. Ada tiga peristiwa tektonik yang berperan pada
perkembangan Cekungan Bone dan proses sedimentasinya yaitu peristiwa pertama, peristiwa kedua,
dan peristiwa ketiga. Sedangkan system petroleum yang berkembang pada cekungan
ini yang melingkupi proses pembentukan material hidrokarbon terdiri atas lima
komponen yaitu source rock (batuan induk), reservoir, migrasi, trap (jebakan),
dan seal (batuan penudung). Eksplorasi hidrokarbon di Teluk Bone bagian utara sudah mulai
dilakukan pada tahun 1971. Eksplorasi daerah tersebut dilakukan karena di
perkirakan daerah ini berpotensi mengandung hidrokarbon. Beberapa petunjuk
adanya hidrokarbon diantaranya adanya rembesan gas di Sengkang, Desa Pongko dan
Malangke. Pengambilan data seismik dan kegiatan pemboran ekspolrasi telah
dilakukan di daerah tersebut
Kata kunci : Hidrokarbon, Cekungan Bone, Eksplorasi, Eksploitasi,
Lempeng
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perairan Teluk Bone
Secara administratif terletak di Propinsi Sulawesi Selatan (di sebelah barat
dan utara) dan Propinsi Sulawesi Tenggara (di sebelah timur). Wilayah
Administratif dari Propinsi Sulawesi Selatan yang berbatasan perairan Teluk
Bone adalah Kabupaten Bulukumba, Kab. Sinjai, Kab. Bone, Kab. Wajo, Kab. Luwuk,
Kodya Polopo, Kab. Luwuk Utara, Kab. Luwuk Timur. Sedangkan wilayah
administratif di Propinsi Sulawesi Tenggara yang berbatasan dengan perairan
Teluk Bone adalah Kabupaten Bombana dan Kab. Kolaka. Laut Flores adalah batas
sebelah selatan dari perairan Teluk Bone. Pulau Sulawesi terletak di tepi bagian timur
daratan Sunda (Sundaland) yang merupakan inti benua yang mantap dari lempeng
Eurasia bagian tenggara (Hutchsin, 1989 dalam Soemandjuntak, 2004:26). Pulau
ini terbentuk disepanjang lajur tumbukan antara lempeng Eurasia di barat,
lempeng pasifik di timur dan kepingan benua mini yang berasal dari lempang
Indo-Australia (Hamlthon, 1979 dalam Simandjuntak, 2004:26). Sulawesi adalah
Salah satu mosaic kepingan benua dalam proses amalgamasi dan akrasi di pinggir
timur benua Asia, keempat lengan utara Sulawesi membentuk mandala megatektonik
yang berbeda
Teluk Bone dicirikan
sebagai tempat bermuaranya Sungai Cenrana. Secara geografis Sungai Cenrana
menjadi muara dari sejumlah sungai besar dan kecil di Sulawesi Selatan. Dimana
air dari Sungai Cenrana ini kemudian mengalir ke Teluk Bone. Cekungan Bone merupakan Cekungan tulang terletak
antara busur vulkanik barat daya dan kompleks tabrakan tenggara wilayah Sulawesi
Selatan. Basin ini jelas berbingkai besar oleh kesalahan NS marjinal
berorientasi, paralel subporosnya. Margin barat daya cekungan dibatasi oleh NS
berorientasi Walanae dan Bone West BaySistem Fault, sementara margin
timur laut cekungan berbatasan dengan Sistem Sesar Tulang Timur.
Pada paper ini akan membahas mengenai ekspolorasi hidrikarbin dengan
menggunakan berbagai metode metode.
TINJAUAN PUSTAKA
Konsep escape tectonics
(extrusion tectonics) yang dikemukakan oleh Molnar dan Tapponnier (1975),
Tapponnier dkk. (1982), dan Burke dan Sengör (1986) dicoba diterapkan di
Indonesia (Satyana, 2006). Escape tectonics adalah konsep tektonik yang
membicarakan terjadinya gerak lateral suatu blok geologi menjauhi suatu wilayah
benturan di benua dan bergerak menuju wilayah bebas di samudra. Karena itu,
peneyebutan konsep tektonik ini lebih sesuai bila disebut : post-collisional
tectonic escape (gerak lateral menjauh pascabenturan). Eksplorasi hidrokarbon
di wilayah Indonesia membantu menunjukkan bukti-bukti bahwa telah terjadi
escape tectonics di Indonesia. Secara singkat bisa dikatakan, zone benturan
dicirikan oleh jalur sesar-lipatan yang ketat, sementara hasil escape tectonics
dicirikan oleh sesar-sesar mendatar regional, sesar-sesar normal, dan
retakan-retakan atau pemekaran kerak Bumi. Awang Harun Satyana
mengidentifikasi lima peristiwa benturan di Indonesia yang membentuk atau
mempengaruhi sejarah tektonik Indonesia sepanjang Kenozoikum.
METODOLOGI
Dalam
penulisan paper ini digunakan dua metode yaitu :
1.
Studi
literatur, yaitu mempelajari referensi tentang seputaran topik bahasan yang
kemudian telah dipersempit menjadi judul yang terdapat pada artikel, jurnal,
serta buku-buku yang memuat seputaran topik bahasan.
2.
Studi
media elektronik, yaitu mengambil data-data maupun referensi tentang seputaran
topik bahasan yang terdapat pada media internet.
PEMBAHASAN
Berdasarkan keadaan
litotektonik atau tektonikstratigrafi,Pulau Sulawesi dibagi 4 yaitu:
1. Mandala barat(West &North Sulawesi Volcano- Plutonic Arc)
sebagai jalur magmatik (Cenozoic Volcanics and Plutonic Rocks)yang merupakan bagian ujung timur Paparan Sunda;
2. Mandala tengah (CentralSulawesi Metamorphic Belt)
berupa batuan malihan yang ditumpangi batuan bancuh sebagai bagian dari blok Australia;
berupa batuan malihan yang ditumpangi batuan bancuh sebagai bagian dari blok Australia;
3. Mandala timur (East Sulawesi Ophiolite Belt) berupa ofiolit yang
merupakan segmen dari kerak samudera berimbrikasi dan batuan sedimen berumur
Trias-Miosen
4. Banggai–Sula and Tukang Besi Continental fragments kepulauan paling
timur Banggai-Sula dan Buton merupakan pecahan benua yang berpindah ke arah
barat karena strike slip faults dari- New Guinea.
Cekungan
Bone ini merupakan salah satu cekungan penghasil hidrokarbon di Indonesia.
Lataknya di daerah Sulawesi bagian selatan. Benturan
pertama adalah benturan India ke Eurasia yang terjadi mulai 50 atau 45 Ma
(Eosen awal-tengah). Benturan ini telah menghasilkan Jalur Lipatan dan Sesar
Pegunungan Himalaya yang juga merupakan suture Indus. Benturan ini segera
diikuti oleh gerakan lateral Daratan Sunda (Sundaland) ke arah tenggara,
sebagai wujud escape tectonics, diakomodasi dan dimanifestasikan oleh
sesar-sesar mendatar besar di wilayah Indocina dan Daratan Sunda, pembukaan
Laut Cina Selatan, pembentukan cekungan-cekungan sedimen di Malaya, Indocina,
dan Sumatra, dan saat ini oleh pembukaan Laut Andaman. Sesar-sesar ini
terbentuk di atas dan menggiatkan kembali garis-garis suture akresi batuandasar
berumur Mesozoikum di Daratan Sunda. Sesar-sesar besar hasil escape tectonics
ini adalah: Sesar Red River-Sabah, Sesar Tonle-Sap-Mekong (Mae Ping),
Sesar Three Pagoda-Malaya-Natuna-Lupar-Adang, dan Sesar Sumatra.
Eksplorasi hidrokarbon
di Teluk Bone bagian utara sudah mulai dilakukan pada tahun 1971. Eksplorasi
daerah tersebut dilakukan karena di perkirakan daerah ini berpotensi mengandung
hidrokarbon. Beberapa petunjuk adanya hidrokarbon diantaranya adanya rembesan
gas di Sengkang, Desa Pongko dan Malangke. Pengambilan data seismik dan
kegiatan pemboran ekspolrasi telah dilakukan di daerah tersebut. Rekaman
seismik daerah tersebut kurang sempurna. Interpretasi seismik daerah tersebut
menunjukan ketebalan batuan sedimen Tertier di sumur BBA 1x adalah 1600 meter.
Pemboran yang dilakukan berhenti pada batuan berumur Miosen tengah, pada
kedalaman 10500 feet, dan dihasilkan dry hole.
Korelasi stratigrafi
regional menunjukkan bahwa pemboran belum mencapai batuan sedimen berumur Eosen
yang di duga terdapat di daerah tersebut, dimana batuan tersebut dapat
berfungsi sebagai batuan sumber dan reservoir hidrokarbon.
Evaluasi data gravity
menunjukan bahwa ketebalan sedimen Tertier mencapai ketebalan lebih dari 1600
meter. Dengan harapan untuk menemukan hidrocarbon di daerah tersebut disarankan
perlu dilakukan evaluasi ulang terutama pemrosesan data seismik di daerah
tersebut.
KESIMPULAN
Ada tiga peristiwa
tektonik yang berperan pada perkembangan Cekungan Bone dan proses
sedimentasinya yaitu peristiwa pertama, peristiwa kedua, dan peristiwa ketiga. Eksplorasi daerah tersebut dilakukan karena di perkirakan daerah ini
berpotensi mengandung hidrokarbon .
Sedangkan system
petroleum yang berkembang pada cekungan ini yang melingkupi proses pembentukan
material hidrokarbon terdiri atas lima komponen yaitu source rock (batuan induk),
reservoir, migrasi, trap (jebakan), dan seal (batuan penudung). Eksplorasi hidrokarbon
di Teluk Bone bagian utara sudah mulai dilakukan pada tahun 1971. Eksplorasi
daerah tersebut dilakukan karena di perkirakan daerah ini berpotensi mengandung
hidrokarbon. Beberapa petunjuk adanya hidrokarbon diantaranya adanya rembesan
gas di Sengkang, Desa Pongko dan Malangke. Pengambilan data seismik dan
kegiatan pemboran ekspolrasi telah dilakukan di daerah tersebut
REFERENSI
Daly M.C., Cooper, M.A., Wilson J.,Smith, D.G., Hooper,B.G.D., 1991,
Cenezoic Plate Tectonics and Basin Evalution in Indonesia; Marine and Petroleum Geology
Katili, J. A., 1975, Volcanism and Plate Tectonics in the Indonesian
Island, Tectonophysics, 26,p. 165-
http://id.scribd.com/doc/142205498/Cekungan-Di-Indonesia188 (Diakses tanggal 2 juli 2014 pukul 19.00)
http://www.hagi.or.id/paper/penggunaan-data-stratigrafi-dan-gravity-untuk-re-evaluasi-ketebalan-batuan-sedimen-tertier-di-sumur-bba-1x-cekungan-teluk-bone-bagian-utara/188 (Diakses tanggal 2 juli 2014 pukul 19.00)