Selasa, 27 Maret 2012

KELOMPOK MINERAL PIROKSEN

a.  Augite

Augite mmpunyai rumus kimia (Ca, Na)(Mg, Fe, Al)(Al, Si)2 O6.  Augite hampir tidak mempunyai warna (colorless). Augite berbentuk kristal prismatik pendek dengan relief tinggi. Pleokroisme mineral ini  tidak ada sampai lemah dan Indeks biasnya n mineral > n balsam.  Belahan augite adalah (110) dalam dua arah pada sudut 87o dan 93o. Satu arah dalam sayatan longitudinal, pararel. Kembaran mineral ini umum, polisintetis, kombinasi polisintetik yang dikenal sebagai struktur herringbone. Birefringencenya sedang, kira-kira ditengah orde kedua.   Sudut pemadaman augite bervariasi dari 360-400(C^X).  Tanda rentang optik augite length fast kadang-kadang length slow dan Sumbu optis dua (biaxial) serta tanda optisnya positif.


            b.  Enstatite
Enstatite tidak berwarna sampai netral. Bentuk enstatite Kristal prismatik. Inklusi-inklusi umum dan menghasilkan struktur schiler. Reliefnya tinggi dan belahannya (110) dalam dua arah pada sudut 88o sampai 92o pararel dengan (010). Kembaran pada enstatite jarang ada. Dan pleokroismenya lemah. Indeks bias Enstatite n mineral > n balsam Birefringencenya agak lemah, kuning muda orde pertama. Sudut pemadaman yaitu parallel. Orientasi optis Enstatite length slow dan  sumbu optisnya dua (biaxial) serta tanda optisnya positif.

            c.  Hypersthene
Hypersthene memiliki warna netral sampai hijau muda atau merah muda Bentuk dari kristal subhedral prismatik. Relief dari mineral ini tinggi dan pleokroismenya lemah. Indeks bias Hypersthene n mineral > n balsam dengan belahan pararel dengan (110), (010) dan (100). Birefringencenya agak lemah, kuning sampai merah orde pertama. Hypersthene tidak memiliki kembaran. Sudut pemadamannya parallel. Orientasi optis mineral ini length slow  Sumbu optisnya dua (biaxial) dan tanda optisnya negative.


            d.  Pigeonite
Pigeonite tidak berwarna  atau netral. Bentuknya kristal anhedral. Relief  tinggi. Pleokroismenya lemah. Indeks bias mineral n mineral > n balsam. Belahannya dalam dua arah (110) pada sudut 87o dan 93o. Birefringencenya sedang, bervariasi dari yang terbawah sampai yang teratas orde kedua. Kembaran mineral ini polisintetik. Sudut pemadamannya bervariasi dari 22o-45o. Orientasi optisnya slower ray. Sumbu optisnya dua (biaxial) dan tanda optis positif.




         e.  Diopsit
Diopsit termasuk colorless. Bentuk kristal subhedral. Relief  tinggi. Dengan pleokroisme  lemah. Indeks bias  n mineral > n balsam. Belahan  dalam dua arah (110) pada sudut 87o dan 93o. Birefringence  sedang, bervariasi dari yang terbawah sampai yang teratas orde kedua. Kembaran  Polisintetik. Sudut pemadaman  bervariasi dari –370—440(C^Z). Orientasi optis  slower ray.  Sumbu optis  dua (biaxial). Tanda optis  positif.

Selasa, 22 November 2011

Terbentuknya Galaksi

TEORI BIG BANG

Teori Big Bang (atau dalam tejemahan bebas: Ledakan Dahsyat atau Dentuman Besar) dalam kosmologi adalah salah satu teori ilmu pengetahuan yang menjelaskan perkembangan dan bentuk awal dari alam semesta. Teori ini menyatakan bahwa alam semesta ini berasal dari kondisi super padat dan panas, yang kemudian mengembang sekitar 13.700 juta tahun lalu.
Para ilmuwan juga percaya bawa Big Bang membentuk sistem tata surya. Ide sentral dari teori ini adalah bahwa teori relativitas umum dapat dikombinasikan dengan hasil pemantauan dalam skala besar pada pergerakan galaksi terhadap satu sama lain, dan meramalkan bahwa suatu saat alam semesta akan kembali atau terus mengembang. Konsekuensi alami dari Teori Big Bang yaitu pada masa lampau alam semesta punya suhu yang jauh lebih tinggi dan kerapatan yang jauh lebih tinggi.
Fred Hoyle mencetuskan istilah Big Bang pada sebuah siaran radio tahun 1949. Dilaporkan secara luas bahwa, Hoyle yang mendukung model kosmologis alternatif "keadaan tetap" bermaksud menggunakan istilah ini secara peyoratif, namun Hoyle secara eksplisit membantah hal ini dan mengatakan bahwa istilah ini hanyalah digunakan untuk menekankan perbedaan antara dua model kosmologis ini.  Hoyle kemudian memberikan sumbangsih yang besar dalam usaha para fisikawan untuk memahami nukleosintesis bintang yang merupakan lintasan pembentukan unsur-unsur berat dari unsur-unsur ringan secara reaksi nuklir. Setelah penemuan radiasi latar mikrogelombang kosmis pada tahun 1964, kebanyakan ilmuwan mulai menerima bahwa beberapa skenario teori ledakan dahsyat haruslah pernah terjadi.
Big-Bang dan Alam Semesta yang Mengembang Pada tahun 1929 Astronom Amerika Serikat, Edwin Hubble melakukan observasi dan melihat Galaksi yang jauh dan bergerak selalu menjauhi kita dengan kecepatan yang tinggi. Ia juga melihat jarak antara Galaksi-galaksi bertambah setiap saat. Penemuan Hubble ini menunjukkan bahwa Alam Semesta kita tidaklah statis seperti yang dipercaya sejak lama, namun bergerak mengembang. Kemudian ini menimbulkan suatu perkiraan bahwa Alam Semesta bermula dari pengembangan di masa lampau yang dinamakan Dentuman Besar. Pada saat itu dimana Alam Semesta memiliki ukuran nyaris nol, dan berada pada kerapatan dan panas tak terhingga; kemudian meledak dan mengembang dengan laju pengembangan yang kritis, yang tidak terlalu lambat untuk membuatnya segera mengerut, atau terlalu cepat sehingga membuatnya menjadi kurang lebih kosong.
Dan sesudah itu, kurang lebih jutaan tahun berikutnya, Alam Semesta akan terus mengembang tanpa kejadian-kejadian lain apapun. Alam Semesta secara keseluruhan akan terus mengembang dan mendingin. Alam Semesta berkembang, dengan laju 5%-10% per seribu juta tahun. Alam Semesta akan mengembang terus,namun dengan kelajuan yang semakin kecil,dan semakin kecil, meskipun tidak benar-benar mencapai nol. Walaupun andaikata Alam Semesta berkontraksi, ini tidak akan terjadi setidaknya untuk beberapamilyar tahun lagi
Orang sering kali salah mengartikan Big Bang sebagai suatu ledakan yang menghamburkan materi ke ruang hampa. Padahal Big Bang bukanlah suatu ledakan, bukan penghamburan materi ke ruang kosong, melainkan suatu proses pengembangan alam semesta itu sendiri. Big Bang adalah proses pengembangan ruang-waktu.